Memantapkan Hati Memilih TK untuk Mujahid Pertama
Bismillah,
Assalamualaykum wa rahmatullahi wa barakatuh,
Sebelum melanjutkan tulisan ini, saya mau menulis sebuah prolog.
Beberapa tahun silam, ada seorang gadis muda yang baru saja lulus dari perguruan tinggi. Iya, dia lulus sebagai seorang sarjana pendidikan. Cita-citanya sederhana, ia hanya ingin mengajar dan mendidik anak-anak dengan perasaan bahagia.
Namun sayangnya, ketika ia beberapa kali mengajar di beberapa tempat, ia harus menelan pil pahit. Melihat kenyataan bahwa dunia pendidikan yang sangat ia cintai ternyata dipenuhi dengan kecurangan, ketidakadilan, yang kadang kala justru dikomandoi oleh sang pemimpin.
Bahkan, jilbab lebarnya turut menjadi cibiran dan bahan ejekan oleh seorang (yang katanya) imam di sana. Ditertawakan dengan suara yang sangat lantang. Dicurigai ikut aliran tertentu yang akan merusak 'aliran' yang ada di sekolah itu. Namun tak masalah, sejak memilih hijrah, ia sudah cukup kebal dengan hal tersebut dan memilih 'bodo amat'.
Selama mengajar, ia harus menyaksikan banyak anak yang terkubur prestasinya hanya karena ada anak lain yang orang tuanya memiliki 'prestasi', ia harus menyaksikan banyak rekan, termasuk dirinya sendiri yang disudutkan hanya karena berusaha jujur dalam bekerja, mencari keberkahan dalam bekerja.
Hingga akhirnya, ketika ia menikah dan dinyatakan hamil, gadis muda itu memilih mengundurkan diri dari dunia pendidikan, ia memilih menjadi seorang Ibu Rumah Tangga; dengan luka dan ketidakpercayaan pada lembaga pendidikan di negeri ini. Ia sangat memendam kekecewaan.
-----
Sebenarnya, kisah ini bermula jauh sebelum kami mulai memasukkan anak kami ke TK (Barangkali pada tulisan sebelumnya juga sudah pernah saya tulis, namun sepertinya tulisan ini sedikit lebih detail).
Singkatnya, kami memang sudah lama mencari tahu tentang berbagai sekolah yang ada di Batam, membuat daftar sekolah-sekolah yang menurut kami cukup sejalan dengan apa yang selama ini kami ajarkan dan didik di rumah; juga tentu saja mem-blacklist sekolah-sekolah yang saya tahu tentang isi dalamnya. Seribet itu ? Iya, karena bagi kami.. lingkungan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak sejak dini.
Suatu hari, satu setengah tahun sebelum anak saya masuk TK (iya, kami sungguh mencari sekolah sejak jauh-jauh hari), saya bertanya pada seorang (mantan) murid saya yang saat itu duduk di bangku SMA, kebetulan saat SMP, ia sempat saya ajar namun ia tak melanjutkan SMA-nya di SMA yang berada di yayasan yang sama dengan SMP tersebut. Saya bertanya tentang SMA-nya yang kebetulan merupakan salah satu SMA yang saya tahu bermanhaj salaf di kota ini,
"Begini begitu, Cher (teacher,red), tapi kalau dari saya sih, saya lebih rekomendasiin masukin aja anak teacher ke Fajar Ilahi," katanya dengan menyebutkan detail alasan mengapa ia lebih merekomendasikan Fajar Ilahi meskipun sekolahnya sebenarnya juga berada di bawah yayasan yang sama; ia juga tak merekomendasikan memasukkan anak saya ke "sekolah lama"nya.
Setelah ia menjelaskan, saya dan suami mulai semakin gencar mencari tahu tentang Fajar Ilahi. Hingga pada suatu Jum'at ba'da ashar, kami 'iseng' pergi ke sekolah ini dengan alasan "mau nanya kapan PPDB" meskipun dari media sosialnya, saya tahu biasanya PPDB di buka saat akhir tahun. Pun sebenarnya hari itu kami tidak ada rencana untuk ke sana, namun ntahlah... kami tergerak untuk melihat sekolah yang sudah tentu kosong di sore hari tersebut.
Sore itu, saat suami saya sedang berbasa basi bertanya tentang PPDB pada seorang guru di Tata Usaha yang kebetulan belum pulang, saya bertemu dengan seorang tenaga pendidik akhwat di sana yang kebetulan juga belum pulang. Beliau menyalami saya sambil memberi salam, sementara Azzam sibuk bermain di playground sekolah itu.
Kita panggil saja Ustadzah. Saat saya menunggu suami saya yang masih berbasa basi dan Azzam yang sedang bermain di lapangan, Ustadzah tersebut tiba-tiba duduk tepat di samping saya yang duduk di pekarangan sekolah sambil menatap lapangan, memulai pembicaraan dengan berbasa basi hingga akhirnya saya memberanikan diri bertanya tentang kondisi sekolah, konsep pendidikan, tenaga pendidik, perbedaan antara sekolah ini dan sekolah lain yang juga berada di bawah yayasan yang sama dan lainnya.
Saat itu, saya berpura-pura tak mengetahui apa-apa tentang dunia pendidikan, memposisikan diri bahwa saya hanya ibu-ibu awam yang sedang kebingungan mencari sekolah untuk anak... agar obrolan terasa ringan seperti 'curhat apa adanya'.
Sepulang dari sana, setelah mendengar cerita dari Ustadzah tersebut; Di parkiran, saya langsung berkata pada suami saya, "Insyaa Allah masukin Azzam TK ke sini aja ya, Yah, nanti biar Bunda yang pantau terus kapan PPDB-nya biar gak kelewat".
Iya, atas izin Allah, hati saya mantap memilih sekolah ini setelah mendengar banyak hal tentang sekolah ini yang diceritakan oleh Ustadzah tersebut, tak hanya tentang kelebihannya namun juga tentang kekurangannya, tak masalah bagi saya.
Sekolah bermanhaj salaf yang konsepnya Insyaa Allah nyaris sama dengan yang kami ajarkan pada anak kami sejak kecil (meskipun didikan kami belum sempurna); dan tentunya, ada alasan sederhana : ada lapangan luas tempat anak kami bisa berlari ke sana kemari untuk menyalurkan energinya, ia adalah anak yang butuh lapangan.
Lalu, bagaimana selama anak kami bersekolah di sana ?
Insyaa Allah nyicil di tulisan selanjutnya ya.
Barakallahu fiikum.
Komentar
Posting Komentar