Tentang Masa Taman Kanak-Kanak
Bismillah
Assalamualaykum wa rahmatulllahi wa barakatuh,
Baiklah, saya melanjutkan cerita saya tentang perjalanan mencari dan menemukan sekolah untuk anak pertama kami. Singkatnya, kami benar-benar mendaftarkan anak kami ke Fajar Ilahi dan anak kami pun resmi menjadi siswa TK Fajar Ilahi. Masyaa Allah. AlhamduLiLlah.
Meski begitu, tentu saya tidak serta merta menaruh ekspektasi tinggi di sini. Kenapa begitu ? Mengingat pengalaman pahit dan kekecewaan saya pada dunia pendidikan saat saya masih mengajar dulu, maka saya tak berani berharap banyak. Meskipun sebenarnya tak adil karena belum tentu sekolah ini "sama" dengan sekolah tempat saya mengajar dulu.
Minggu pertama sekolah dimulai, saat itu, ada sosialisasi mengenai kurikulum sekolah yang dijelaskan oleh wakil kepala sekolah, kebetulan wakil kepala kepala sekolahnya merupakan wali kelas anak saya, Azzam.
"Tujuan pendidikan tidak akan tercapai apabila tidak ada kerja sama antara orang tua dan guru," kalimat pertama yang beliau lontarkan. Jika saya bisa mengangguk kencang, barangkali di ruang itu saya akan menjadi orang tua yang mengangguk paling laju dan paling terdepan mengiyakan pernyataan tersebut
Sebab saya pernah mengalami memiliki seorang murid yang ketika saya meminta orang tuanya membantu anaknya belajar di rumah, orang tuanya justru menolak dan berkata, "Aduh ! Saya gak punya waktu buat ngajarin dia ! Saya dah capek kerja seharian, kan saya udah bayar sekolah mahal-mahal, masa di rumah saya harus capek-capek ngajarin dia lagi !" DUARRR ! begitulah kenyataan yang saya terima kala pernah menjadi wali kelas dahulu. Lalu, saya bisa apa ketika orang tua sudah menolak mentah-mentah untuk ikut serta mendidik anak ? Saya hanya bisa bertekad agar kelak tidak menjadi orang tua yang 'lepas tangan' seperti itu.
Selama rapat dan sosialisasi, saya sungguh mencatat dengan detail apa yang disampaikan di hape saya (sampai sekarang catatan itu masih saya simpan). Selesai rapat dan sosialisasi usai, saya menghampiri Ustadzah tersebut, wali kelas Azzam.
Canggung dan segan, tentu saja, melihat Beliau yang bercadar sementara saya kala itu masih sekedar menggunakan jilbab yang lebar saja. Namun ternyata, Beliau begitu ramah dan hangat, menyalami saya dan langsung cipika-cipiki. Masyaa Allah.
Saat itu, saya mengatakan pada Beliau bahwa Azzam sudah bisa calistung, AlhamduLillah. Masyaa Allah. Sebenarnya kemampuan calistungnya pun tak sengaja, karena saya tidak memaksanya untuk langsung bisa namun kebetulan AlhamduLillah Azzam memang suka belajar dan mencoba-coba mengeja sendiri saat kecil hingga akhirnya ia bisa sendiri (bukan, bisa atas izin Allah). Setidaknya, kerepotan gurunya berkurang dikit (walaupun tetap aja pasti repot, hhe)
Beliau berkata, di hari pertama mulai KBM, Azzam langsung saja membaca majalah tanpa harus membaca buku belajar membaca yang diberikan pihak sekolah. Jadilah buku belajar membacanya sudah keduluan menjadi buku mewarnai di rumah.
Kemudian, saya menyampaikan bahwa Azzam sudah memiliki hafalan Juz 30, namun saya bingung apakah Azzam harus mengulang juz 30 atau bagaimana. Antum tahu tidak kalimat pertama yang dikatakan Beliau apa ?
"Um, mulai besok Azzam langsung setoran murojaah sama ana ya pas pulang sekolah !"
Hati saya haru... nyess rasanya, sebab saya tahu betul administrasi yang harus dikerjaan guru saat awal tahun pembelajaran begitu banyak, saya tahu banykj tugas yang harus dikejar diawal tahun pembelajaran. Tapi tanpa pikir panjang, spontan, Ustadzahnya langsung berkata seperti itu, langsung menyambut dan membuka pintu dengan lebar. Masyaa Allah. Rasa ingin menangis di tempat, sebab biasanya tak banyak guru yang mau langsung bersusah-susah mengurus peserta didik ketika dirinya sendiri dikejar deadline, memakan waktu istirahatnya pula. Masyaa Allah.
Pun ketika itu, Ustadzahnya mengatakan bahwa saat Masa Pengenalan Lingkungan Siswa, Azzam memang pernah membaca surah An-Naba disamping beliau saat jam istirahat di lapangan. Masyaa Allah.
Oya, ketika Ustadzahnya langsung "membuka pintu" di tengah kesibukan seorang guru, rasanya seketika rasa kecewa dan patah hati saya pada dunia pendidikan langsung terobati. hati saya bergumam bahwa masih ada guru dan sekolah yang amanah, Masyaa Allah. Dunia pendidikan kita masih punya harapan, hiks. Masyaa Allah. AlhamduLillah.
Lanjut, hari pertama KBM di mulai, Azzam beneran langsung setoran murojaah pada Beliau, ia pulang lebih akhir dari seluruh teman-temannya. Dalam sehari, ia bisa murojaah 3-6 surah oleh Ustadzahnya, tentu saja bacaannya pun diperbaiki oleh Beliau Masyaa Allah.
Apakah berjalan lancar ? Tentu saja tidak, QadaruLlah lalu ia terkena gondongan sehingga selama 2 minggu ia harus di rumah terlebih dahulu, baru kemudian ia melanjutkan setorannya. Singkatnya, suatu sore, setelah ia sudah selesai setoran semua surah Juz 30-nya, saya mendapat pesan bahwa esok pagi, Azzam akan mengikuti Ujian LPMP Juz 30 (Ujian Tahfidz yang dilaksanakan oleh Yayasan, tentu saja tim pengujinya bukan dari guru di sana, namun langsung dari Yayasan)
Esok hari, saat hari ia mengikuti ujian, sekitar pukul 9, kami menerima kabar bahwa Azzam lulus ujian juz 30. Masyaa Allah. AlhamduLillahilladzi bini'matihi tatimmush-sholihaat..
Hari itu juga, sesampainya di rumah, ada hal yang ia ceritakan pada saya.. yang barangkali menjadi salah satu titik awal mengapa ia menjadi sangat bersemangat menghafal Al Qur'an dan hendak mengikuti ujian LPMP juz berikutnya.
"Bunda, tadi pas Azzam selesai ujian, Azzam kan masuk kelas, terus Ustadzah langsung meluk Azzam, Azzam senang dipeluk Ustadzah, Azzam mau ikut ujian lagi lah biar dipeluk Ustadzah lagi."
Benar, PELUKAN. Pelukan itu langsung tepat mengenai hatinya. Masyaa Allah. Sejak saat itu, ia mulai semangat sekali menghafal Al Qur'an (walaupun ada juga angin-anginnya~~) . PELUKAN itu menjadi salah satu alasan terbesarnya, alasan bagi seorang anak yang saat itu masih berusia 5 tahun.
---
Seiring berjalannya waktu, Azzam sungguh menikmati masa sekolahnya, seringkali ia tak ingin pulang dan bersembunyi dibawah meja agar tak pulang ke rumah karena masih ingin bermain di sekolah. Namun, dibalik itu semua, tak bisa dipungkiri tetap ada kekhawatiran yang saya rasa, apalagi saya menyekolahkan Azzam ketika usianya sedikit lebih muda dibanding teman-temannya, namun, saya bersyukur.. ketika saya menceritakan kegelisahan itu (dan semua kegelisahan saya), Ustadzahnya meyakinkan saya bahwa Azzam Insyaa Allah mampu dan baik-baik saja. AlhamduLillah..
Sejak sekolah, ada banyak sisi lain yang saya lihat dari Azzam, baik dari sisi positif maupun sisi negatif yang tetap harus saya evaluasi. Sejak diadakannya lomba Panggung Anak Ceria di sekolah, ia menjadi semakin berani untuk tampil mengikuti lomba tahfidz di luar sekolah. Saya pun jadi sadar bahwa ternyata dia punya potensi dalam mewarnai meskipun saat ini saya masih harus mencari solusi bagaimana agar ia bisa mewarnai dengan tenang barang 1-2 jam karena dia memang tidak betah duduk berlama-lama; berpotensi, namun seringkali memilih asal cepat selesai karena tidak tahan duduk berlama-lama~
---
Ada banyak hal yang sangat saya syukuri selama menyekolahkan Azzam di TK ini. Rasanya tak sia-sia saya harus berpura-pura b*d*h untuk bisa bertanya-tanya tentang sekolah pada sore itu, tak sia-sia kami memilih pindah rumah agar lebih dekat dengan sekolah, AlhamduLillah.
Bahkan hingga mendekati akhir masa sekolah, saya ingat.. saat saya ke sekolah untuk menjemput Azzam dan bercerita pada Ustadzahnya kalau Azzam mau mengejar ujian LPMP Juz 28 namun ia angin-anginan (saya juga udah bilang ke Azzam, kalo ga keburu, SD nanti saja dilanjutkan), saat itu, Ustadzahnya berjongkok, menyamakan matanya dengan mata Azzam sembari memegang tangan Azzam, "Ustadzah tunggu ya, Zam.. "
BENAR SAJA, setelah itu, Masyaa Allah dalam waktu kurang lebih 2,5 minggu.. ia menyelesaikan sisa surah yang belum dihafalnya yang sebelumnya penuh dengan drama dan siap untuk ujian LPMP juz 28. The Power of Ustadzah yang sudah berhasil merebut hatinya (dan atas izin Allah Ta'ala juga, pastinya). Masyaa Allah. Masyaa Allah.
Meskipun pada ujian terakhir kemarin, Azzam sempat melayangkan 'protes' karena Ustadzahnya sempat terlewat memeluknya karena sedang tidak berada di sekolah dan sibuk perpisahan pelepasan. Walau pelukannya kali ini sedikit terlambat, namun di rumah Azzam tetap bercerita dengan sumringah setelah mendapatkan pelukan Ustadzah.
---
Sebenarnya, sangat banyak yang ingin saya ceritakan di blog ini, barangkali kelak beberapa tahun lagi ketika tulisan ini kembali dibaca, saya ataupun Azzam akan kembali flashback ke masa ini. Tapi jika saya tulis semuanya, tentulah sangat panjang. Maka saya rangkum sedikit saja (walaupun ini sebenarnya juga ga sedikit sih) atau mungkin akan saya tulis kembali suatu hari nanti.
---
Terakhir,
Saya ingin bilang,
Jazaakunallahu khairan katsiran seluruh Ustadzah TK IT Fajar Ilahi yang sudah mengajar, mendidik, dan membimbing Azzam selama ia bersekolah di sana.
Syukron Ustadzah Putri yang pada Jum'at ba'da Ashar itu memantapkan hati saya untuk memasukkan Azzam ke TK ini. Selama setahun Azzam sekolah, saya memerhatikan dan memendam; mengingat bahwa Ustadzah-lah yang berbincang pada saya sore itu. Jazaakillahu khayran katsiran, Ustadzah, atas semua nasihat dan pengingatnya, juga ketika Azzam terjatuh hingga giginya tanggal, Ustadzah turut sibuk mengantarnya ke puskesmas. Semoga Allah membalas segala kebaikan Ustadzah dengan kebaikan yang berlipat ganda dan penuh keberkahan. Aamiin Allahumma Aamiin.
dan tentu saja untuk...
Ustadzah Ari,
Bagi Azzam, Ustadzah adalah "Ibu"-nya di sekolah...
Sosok yang berhasil masuk dan menyentuh hati Azzam, yang diam-diam selalu Azzam perhatikan dengan sangat detail setiap harinya. Bagi saya, ibarat seorang bayi, Ustadzah-lah yang paling tahu perkembangan Azzam selama ini di sekolah.. Ustadzah yang tahu kapan ia berguling, duduk, merangkak, berdiri, berjalan bahkan berlari. Masyaa Allah..
Syukron sudah menjadi salah satu alasan Azzam bersemangat dalam menghafal Al Qur'an, syukron sudah memeluknya dengan hati dan menyambutnya dengan hangat ketika ia masuk ke dalam kelas. Syukron tanpa ba-bi-bu langsung mengantarkan Azzam ke puskesmas kala ia terjatuh..
Syukron sudah menenangkan dan meyakinkan saya ketika rasa khawatir hadir dalam diri saya tentang anak saya. Syukron sudah "membuka pintu dengan lebar", menyembuhkan luka dan patah hati saya pada dunia pendidikan yang sempat membuat saya tak percaya lagi; Insyaa Allah dunia pendidikan kita masih ada harapan ketika masih ada guru dan sekolah yang amanah..Masyaa Allah.
Syukron sudah membuktikan bahwa kerjasama yang baik antara guru dan orang tua benar-benar menjadi kunci dalam meraih tujuan pendidikan. Syukron sudah 'menyempurnakan' apa yang kurang dari yang telah saya ajarkan pada Azzam; yang saya sadar betul kalau sebenarnya lebih banyak ke arah kurangnya sih klo yang dari saya ajarkan ke Azzam :(
Syukron sudah menegur dan "menghukum" Azzam bila ia berbuat kesalahan selama ini, membuat saya menjadi lebih mengevaluasi diri dan tak menutup mata atas kesalahan anak saya.
Jazakillahu khayran katsiran atas semua kebaikan Ustadzah yang tak mampu saya sebutkan satu persatu. Semoga segala kebaikan yang ditanam oleh Ustadzah akan tumbuh lebat dan berbuah manis dengan akar yang kokoh atas izin Allah Ta'ala.. menjadi amal jariyah hingga akhir, menjadi pemberat timbangan kebaikan di Yaumul Hisab kelak. Aamiin Allahumma Aamiin..
Semoga Ustadzah pun berkenan memaafkan saya selaku orang tua yang pastilah sering melakukan kesalahan dan khilaf...
---
Lalu, bagaimana dengan masa putih merah nanti ?
Allahu'alam.
Saya sendiri tak berani berekpektasi karena tentulah tak selalu sama dengan yang terjadi selama setahun belakangan ini. Namun saya berharap semoga Azzam tetap berada di lingkungan yang saling mengingatkan dalam kebaikan, memiliki guru yang selalu meyakinkan dirinya di sekolah.
Namun pastinya. saya hanya bisa meminta Allah yang menjaga Azzam, sebab Dia-lah yang menjadi sebaik-baiknya penjaga. Toh, bukankah semua yang terjadi selama setahun belakang ini juga karena Allah, bukan ?
Iya,
Bukan karena saya yang hebat,
Bukan pula karena anak saya yang hebat,
Melainkan atas pertolongan dan rahmat Allah Ta'ala (yang barangkali disampaikan melalui tangan orang-orang yang dipilih-Nya)
AlhamduLillah... Masyaa Allah.. Masyaa Allah..
Barakallahu fiikum..
Komentar
Posting Komentar