Pemetaan Masuk TK

Bismillah,
Assalamualaykum,

Alhamdulillah tanggal 7 Januari kemarin,
Anak pertama saya mengikuti "Pemetaan" di TK tempat ia kami daftarkan. Iya, namanya pemetaan bukan tes, lagian apanya yang mau di tes dari anak TK coba ? Pan mereka baru mau "belajar" sekolah. Nah, pemetaan ini biasanya menguji kemampuan kognitif, fisik motorik dan bahasa, biasanya bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang calon peserta didik. Nah kalo udah ada gambaran tentang peserta didik yang bakal diajar, setidaknya gurunya Insyaa Allah ada gambaran bakal menghadapi anak-anak yang kya gimana.

Begitu datang ke sekolah, 
Kami harus daftar dulu, terus anak-anak dikasi goodie bag pertama, isinya buku zikir pagi petang, tata cara sholat dan wudhu sesuai sunnah; name tag, pensil, susu dan biskuit. kemudian diberi nomor antrian pemetaan dan antrian wawancara orang tua dengan nomor yang sama. Berhubung kami datang agak santai tapi ngga santai-santai amat, kami dapat nomor antrian ke-16. Maka duduklah kami sambil bengong-bengong karena saya ngga kenal wali murid lain, yaaa ada lah kenalan dikit, basa basi gitu, nama anaknya sama pula dengan nama anak saya.

Saya pribadi Insyaa Allah yakin dengan kemampuan anak saya. Begitu saya tanya ke dia, dia bilang dia biasa aja, ngga takut. Ya, saya akui dia memang memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Sampai akhirnya dia yang dipanggil masuk kelas untuk pemetaan, orang tua ngga boleh masuk, jadi saya mantau aja di luar. Saya cuma pesan ke anak saya untuk gedein suaranya kalo ditanya.

Dari pantauan saya, 
Selama pemetaan, anak saya diminta untuk membaca surah An-Nas, menyebut bangun datar dan menentukan bangun datar yang sama sesuai dengan papan bangun datar yang ada di meja, menyebutkan warna origami sebelum akhirnya melipat origami menjadi berbentuk perahu. terakhir, diminta untuk melompat ke depan dan ke belakang. Alhamdulillah ia bisa melewatinya walaupun pas lipat origami agak nyangkut dikit. Setelah itu, origaminya boleh dibawa pulang dan dikasi goodie bag kedua.

Apakah langsung pulang ? 
Tentu tidak, Pemirsa. 

Saatnya wawancara orang tua. 
Sejujurnya, sesi wawancara ini cukup membuat saya nervous. Walaupun dulu sering menghadapi wali murid, tapi kali ini berbeda rasanya. Mungkin karena posisinya sekarang saya yang menjadi wali murid, bukan menjadi guru.

Saya sih berharapnya langsung diwawancara oleh Kepala Sekolah karena bagi saya lebih enak ngomong langsung sama "yang punya" dan AlhamduLillah kebagian jatah beneran diwawancara oleh Kepala Sekolah TKIT-nya. Selama wawancara, ada banyak hal yang dibahas, intinya sih tentang kemauan dan komitmen orang tua dalam mengikuti aturan dan sistem pendidikan di sekolah.

Bersediakah jika anaknya belajar menghafal Al Qur'an ditengah cibiran dari orang-orang yang meragukan bahwa anak TK bisa menghafal Al Qur'an  ?

Bersediakan anaknya belajar agama Islam sesuai sunnah yang diajarkan di sekolah ?

dan banyak lagi. 

Saya pribadi mengatakan pada Kepala Sekolahnya bahwa dulu saya pun seorang guru yang akhirnya memilih menjadi Ibu Rumah Tangga untuk mendidik anak-anak saya, maka Insyaa Allah saya pun akan turut membantu mengajar dan mendidik anak saya karena bagaimanapun tetaplah "Al Ummu Madrasatul Ula". Dari pengalaman saya jugalah akhirnya saya memutuskan untuk memasukkan anak saya ke sekolah yang kami pilih ini, juga dari rekomendasi salah seorang murid saya yang bersekolah di sekolah lain (tapi berada di payung yayasan yang sama).

Pun mengenai pendidikan tahfidz, saya mengatakan bahwa saat ini Masyaa Allah anak saya pun sedang dalam proses menghafal juz 30, termasuk mengatakan bahwa ia belajar tahfidz dengan cara mendengar dan membaca tulisan yang biasanya saya tulis di papan tulis (Ya, AlhamduLillah anak saya udah bisa membaca dan menulis juga di usianya yang masih 4 tahun ini, atas izin Allah tentunya).

Setelah selesai wawancara, keluarlah saya dari ruang Kepala Sekolah tsb, ada rasa optimis sih, Insyaa Allah anak saya diterima di sini (walaupun mungkin semuanya memang bakal diterima), tapi yang jelas rasanya lega dan optimis aja gitu, apalagi obrolan saya dan Kepala Sekolah-nya insyaa Allah nyambung.


Sejenak dan suami membiarkan anak kami main sebentar sebelum kemudian ngajak dia udahan dan duduk makan siang ke Mekdi.

Yaps, 
Bismillah,
Semoga Allah ridho dengan pilihan kami untuk memasukkan anak-anak ke sekolah tsb. Semoga anak-anak tumbuh menjadi anak shalih, menghafal Qur-an, anak-anak yang mencintai Allah dan Rasul melebihi apapun. Aamiin Allahumma Aamiin

Barakallahu fiik

Komentar

Postingan Populer