Memilih Sekolah untuk Anak Pertama

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaykum wa rahmatullahi wa barakatuh,

Setelah nyaris setahun tidak menulis blog ini, akhirnya saya kembali. hha
Kali ini, saya menulis tentang sekolah. Iya, anak pertama saya, ngga berasa udah mau masuk TK, Insyaa Allah. Meskipun baru TK, kami sudah cukup serius untuk memilih sekolah untuknya. Alasannya ? karena segala hal dimulai dan ditanamkan sejak dini.

Berbekal pengalaman saya yang ngga seberapa ini yang sempat menjadi guru dan mengajar di sekolah. Saya dan suami bertekad mencari sekolah yang beneran sekolah. Maksudnya, bukan sekolah yang hanya sekedar besar namanya di luar tapi ternyata cukup bobrok di dalam. 

Apalagi suami sempat mendengar sendiri waktu atasan saya ngomong, "Nanti nilainya si A jangan lupa dinaikin ya" setelah keluarga si A mengajak seluruh jajaran guru makan di restoran milik mereka. Syok ? Ya jelas. 

Ditambah selama saya mengajar dulu, ada banyak request nilai dari orang tua siswa yang minta nilai anaknya minimal sekian sekian padahal saya tahu anak itu sungguh kurang layak untuk mendapat nilai yang diminta oleh orang tuanya ini. Maka, saya berlepas diri dari hal tersebut.

Juga nasib guru yang sama sekali ngga dihargai dan didengar oleh pejabat sekolah (kebetulan saya mengajar di sekolah swasta yang dinaungi oleh sebuah yayasan). Guru hanya dianggap seperti karyawan, dengan beban kerja yang luar biasa, tapi gaji yang AlhamduLillah harus cari tambahan lagi di luar. 

Dan juga seringkali tanpa tabayyun, jika ada orang tua yang menyalahkan gurunya, langsung ditindak, sekali lagi.. tanpa tabayyun apakah anak tersebut salah juga atau tidak. Bahkan "menyerang" sesama rekan kerja sendiri: yang pintar mencari muka, maka ia yang menang,

Termasuk hal-hal semacam sekolah berlabel agama namun isinya justru jauh dari syariat. Oh ya, saat dulu saya mendaftar sebagai guru, ada momen dimana saya ditertawakan karena memakai jilbab panjang, "Ngapain kamu pake jilbab kyak gitu" oleh seorang yang "katanya" paham agama. Oke, saya akan selalu ingat pada beliau yang emang agak lain sendiri pemahamannya, karena selama ini yang saya temui justru orang yang mendukung dan paham tentang tutup aurat sesuai syariat.
   
----

Baik, itu sepenggal kisah tidak mengenakkan saya selama mengajar di sebuah sekolah yang *&^$$#$ dulu sebelum akhirnya saya resign dan menjadi Ibu Rumah Tangga hingga saat ini. Kembali pada topik kita tentang memilih sekolah untuk anak.

Dengan dasar ilmu saya dibidang pendidikan (*sok iyeee), saya membuat konsep sendiri dalam mendidik anak saya, walaupun konsepnya ngga berpatokan amat sama pemerintah karena ini hanya pembelajaran pribadi, bukan setingkat sekolah. 

Sejak awal, tentulah sebuat keluarga memiliki visi dan misi dalam mendidik anak mereka. Dari situ, kami mulai mencatat sekolah-sekolah yang kira-kira sesuai dengan visi, misi dan konsep yang selama ini kami ajarkan ke anak.

Mencari tau dari berbagai sudut dan sumber; gedung sekolah, fasilitas sekolah sampai nanya ke orang yang anaknya sekolah di sana, nanya ke anaknya langsung dan nanya ke gurunya langsung. Kenapa ? Karena kami ngga mau terjebak di sekolah yang pake "katanya". Seringkali yang "katanya" itu hanya bagus untuk kalangan tertentu yang mendapat treatment sesuai dengan (dana) yang sudah dia keluarkan. Nggak semua, tapi yaaaa.. ada. Makanya kami memilih untuk survey langsung.
    
Dan setelah proses ini, maka mengerucutlan pilihan kami pada sebuah TK IT yang bermanhaj salaf di sini, apalagi saya sempat mengobrol dengan gurunya di sana tentang TK satunya lagi yang berada di bawah yayasan yang sama. Melalui pertimbangan tentang anak saya yang berjiwa kinestetik yang membutuhkan lapangan untuk menyalurkan energinya, life skills yang diajarkan di sekolah dan kurikulum yang tak jauh berbeda, maka Bismillah.. akhirnya kami mendaftarkannya di sana.

Sebab dari pengalaman (pahit) saya saat mengajar dulu, saya sungguh menyaksikan bagaimana anak-anak yang berpotensi besar justru kalah dengan anak-anak yang uangnya besar. Maka, saya tak ingin anak saya menjadi seperti itu dan tak ingin anak saya disekolahkan di tempat seperti itu.


Sebagai orang tua, memang proses belajar (dan hijrah) kami belum sempurna, bahkan jauh dari kata sempurna, namun siapa tau ? barangkali lewat anak, Allah justru menitipkan hidayah itu. Semoga ini adalah pilihan yang tepat yang ditunjukkan Allah.

Barakallahu fiikum

Komentar

Postingan Populer